Peperangan Khaibar terjadi pada tahun 629 di antara Nabi Muhammad dan pengikutnya dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di oasis Khaibar, sejauh 150 kilometer dari Madinah di bahagian timur laut semenanjung Arab. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan orang Islam.
Perang Khaibar terjadi tidak lama selepas Perjanjian Hudaibiyah.
Rasulullah memimpin sendiri ekspedisi ketenteraan menuju Khaibar,
daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah
subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab, terutamanya
setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah.
Maka Muhammad menyerbu ke jantung pertahanan musuh. Suatu pekerjaan
yang tidak mudah dilakukan. Pasukan Rom yang lebih kuat pun tidak mampu
menaklukkan benteng Khaibar yang memiliki sistem pertahanan
berlapis-lapis yang sangat baik. Sallam anak Misykam mengorganisasikan
prajurit Yahudi. Perempuan, anak-anak dan harta benda mereka tempatkan
di benteng Watih dan Sulaim. Persediaan makanan dikumpulkan di benteng
Na'im. Pasukan perang ditumpukan di benteng Natat. Sedangkan Sallam dan
para prajurit pilihan maju ke garis depan.
Sallam tewas dalam pertempuran itu, tetapi pertahanan Khaibar belum
dapat ditembus. Muhammad menugaskan Abu Bakar untuk menjadi komandan
pasukan. Namun gagal. Demikian pula Umar. Akhirnya kepemimpinan komando
diserahkan pada Ali. Di Khaibar inilah nama Ali menjulang.
Keberhasilannya meruntuhkan pintu benteng untuk menjadi perisai selalu
dikisahkan dari abad ke abad. Ali dan pasukannya juga berhasil menembusi
pertahanan lawan. Harith bin Abu Zainab-komandan Yahudi setelah
Sallam-pun tewas. Benteng Na'im jatuh ke tangan pasukan Islam.
Setelah itu benteng demi benteng dikuasai. Seluruhnya melalui
pertarungan sengit. Benteng Qamush kemudian jatuh. Demikian juga benteng
Zubair setelah dikepung cukup lama. Semula Yahudi bertahan di benteng
tersebut. Namun pasukan Islam memotong saluran air menuju benteng yang
memaksa pasukan Yahudi keluar dari tempat perlindungannya dan bertempur
langsung. Benteng Watih dan Sulaim pun tanpa kecuali jatuh ke tangan
pasukan Islam. Yahudi lalu menyerah. Seluruh benteng diserahkan pada
umat Islam. Muhammad memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi
warga Yahudi dan seluruh kekayaannya, kecuali Kinana bin Rabi' yang
terbukti berbohong saat dimintai keterangan Rasulullah.
Perlindungan itu tampaknya sengaja diberikan oleh Rasulullah untuk
menunjukkan beza perlakuan kalangan Islam dan Nasrani terhadap pihak
yang dikalahkan. Biasanya, pasukan Nasrani dari kekaisaran Rom akan
menghancurluluhkan kelompok Yahudi yang dikalahkannya. Sekarang kaum
Yahudi Khaibar diberi kemerdekaan untuk mengatur dirinya sendiri
sepanjang mengikuti garis kepemimpinan Muhammad dalam politik.
Muhammad sempat tinggal beberapa lama di Khaibar. Ia bahkan nyaris
meninggal lantaran diracun. Diriwayatkan bahwa Zainab binti Harith
menaruh dendam pada Muhammad. Sallam, suaminya, tewas dalam pertempuran
Khaibar. Zainab lalu mengirim sepotong daging domba untuk Muhammad.
Rasulullah sempat mengigit sedikit daging tersebut, namun segera
memuntahkannya setelah merasa ada hal yang ganjil. Tidak demikian halnya
dengan sahabat Rasul, Bisyri bin Bara. Ia meninggal lantaran memakan
daging tersebut.
Dengan penaklukan tersebut, Islam di Madinah telah menjadi kekuatan
utama di jazirah Arab. Ketenangan masyarakat semakin terwujud. Dengan
demikian, Muhammad dapat lebih menumpukan kepada dakwah membangun
moraliti masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar